Bulan Ramadhan yang dijalani umat Islam tahun ini bukanlah seperti tahun-tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan Bulan Ramadhan dilalui dalam suasanya pandemi COVID-19 yang secara massif menyebar ke seluruh penjuru dunia. Keterbatasan itu juga tak hanya dialami oleh umat Islam di Indonesia, namun juga dialami oleh seluruh umat di dunia.
Dampak dari pandemi ini sungguh luar biasa memaksa kita untuk merubah prilaku hidup menjadi serba terbatas, mulai dari keterbatasan berinteraksi sesuai denga protokol kesehatan untuk menjaga jarak, tetap berada di rumah dan lainnya. Keterbatasan sosial dan ekonomi yang juga berdampak pada bertambahnya angka kemiskinan yang disebabkan banyaknya karyawan di rumahkan, bahkan di PHK karena perusahaan tidak lagi mampu beroperasi normal seperti biasanya.
Tinggal menghitung hari umat Islam diseluruh dunia akan mengakhiri Shaum Ramadhan dan merayakan datangnya Idul Fitri. Tentu saja dengan cara yang berbeda. Karena kita semua diimbau untuk tetap menjaga jarak, menghindari keramaian agar tetap terhindar dari penularan virus covid-19. Dengan kata lain, seluruh pola dan kebiasaan umat manusia akan menyesuaikan diri dengan sendirinya selama pandemi COVID-19 ini belum berakhir.
Kembali ke Fitrah, Berdamai dengan Kenyataan
Saat-saat paling indah dalam mengakhiri Ramadhan adalah berkumpul bersama keluarga, saling berma’af-maafan dengan sanak saudara, jiran tetangga dan kerabat lainnya. Namun lagi-lagi dilakukan dengan cara yang berbeda. Kegiatan dilakukan secara bersama banyak dilakukan dengan cara daring menggunakan media sosial atau sejenisnya. Sungguh berbeda dari biasanya dan kita mulai terbiasa.
Lebih daripada itu, semangat kembali ke fitri tak boleh berubah. Di hari kemenangan yang sebentar lagi akan datang. Mari kita maknai dengan memulai lembaran baru. Mengisi kebaikan dan kebermanfaatan untuk sesama. Kita semua sudah memulainya sejak awal masuknya penyebaran COVID-19 di Indonesia.
Ada Tim medis yang sampai hari ini masih berjuang menjadi garda terdepan untuk menyelamatkan nyawa masyarakat yang tertular COVID-19. Pemerintah dan aparat kepolisian terus berjaga menyampaikan suka dan duka sekaligus imbauan agar kita tetap menjaga diri.
Di ujung dan pinggiran hingga kerumah-rumah para relawan kemanusian juga masih berjuang menghimpun dan menyalurkan bantuan kemanusian untuk tim medis dan masyarakat yang terdampak.
Kita semua masih berjuang dan berharap agar semuanya bisa kembali normal. Hidup dalam ketentraman tanpa ada rasa khawatir dan ketakutan.
Semoga semangat Idul Fitri dapat menguatkan kita untuk tetap saling berbagi, mencintai dan mengasihi sesama, saling menjaga dan menguatkan bangsa dan negara.
Persatuan Merebut Kemenangan
Dalam situasi saat ini cobaan yang menerpa bangsa dan negara terus bertubi datang tanpa diundang. Ekonomi kian melemah dan masyarakat semakin susah, tentu sangat membutuhkan perhatian dan banyak energi hingga membuat rencana pembangunan sedikit terhenti.
Ulah oknum yang tidak bertanggungjawab masih saja terus melakukan teror dan provokasi dengan menyebarluaskan berita hoax melalui media sosial, hingga masyarakat tak berdosa harus menjadi korban provokasi dari kekeliruan informasi.
Hal ini tak boleh terus terjadi. Fokus dan konsentrasi kita adalah melawan pandemi. Rasa kebangsaan harus tertanam dalam sanubari untuk tetap menjaga persatuan di tengah kondisi yang tak menentu ini.
Yakinlah kita bisa keluar dari masalah ini. Dengan modal optimisme persatuan dan kebangsaan, kita tak boleh goyah. Kita hadapi bersama dengan segenap tenaga dan fikiran untuk merawat dan menjaga bangsa dan negara dari semua coabaan ini.
Medan, 21 Mei 2020
Ketua Perkumpulan Gerakan Kebangsaan
Sumatera Utara (PGK-SUMUT)
Hendra Hidayat